- Back to Home »
- karya , puisi , sajak , tulis »
- Gerimis
Ahhh.. Hujan, Sudah terlalu sering aku menulis tentangmu.
Sudah terlalu banyak kata mengalir untukmu yang mengalir.
Tapi, kau tetaplah hujan.
Tetap seperti itu, pujian yang kau terima tak membuatmu berubah menjadi 'emas'.
Kau tetap berupa 'air', air yang tawar.
Yah benar, aku suka dengan hujan, hujan yang turun dengan rintik, lalu tiba-tiba deras. Dan setelah itu gerimis.
Aku suka, saat hawa dinginnya menyentuh kulit, kau membawa
ketenangan untuk kepala-kepala yang panas karena lupa pada Tuhannya,
Tuhanmu juga.
Menyejukan hati yang bernafsu mengejar dunia, sekedar untuk menunggumu berhenti mengucurkan air.
Hujan, aku selalu kagum padamu, tapi aku tak pernah kagum jika kau menggenang. Aku suka air yamg bergerak.
Terserah apa artinya.
Terkadang aku bisa tertidur di balik jendela sambil memperhatikanmu turun dari langit.
Hatiku gerimis, deras tak habis. terkadang banjir, lalu kemarau, ahh
dasar bagian tubuhku yang satu itu sulit sekali di tebak, bahkan
olehku.
Tapi sudahlah, hujan kau tetap ada pada waktunya.
Hujan, aku ingin sekali banyak memujimu. Tapi yang menciptakanmu lebih indah darimu, Maha indah.
maaf kadang aku menggerutu padamu,
Semoga kau tak sakit hati, hujan.
Maaf kadang dunia tak harus selalu hujan, aku takut bumi tak sempat
menyerapnya, dan kau pergi bergerak sesuka hatimu sambil bergerombol
menerjang tempat tinggal kami.
Semua harus sesuai porsinya,
Jika hujan tak pernah tau akan aku, tak apa. Aku tau semua tentang hujan, satu kata yang mewakilinya, kau selalu indah, Hujan :)
Dan November selalu menjadi saksi atas turunnya dirimu.
Semoga saja kau tau itu.
Terimakasih.